Lagi-lagi
saya dapet beberapa perenungan di tengah lamunan sebelum tidur saya. Kali ini
tentang ujian.
Ya,
saat ini FK Unpad sedang menghadapi UTS, yang seperti kita semua tahu, untuk
kebanyakan orang, kurang menyenangkan. Di UTS ini ada beberapa mata kuliah yang
diuji, antara lain CRP (research), BHP (etika kedokteran), PHOP (kesehatan
masyarakat), dan tentunya tak ketinggalan yang paling besar porsinya adalah
MDE, yaitu materi medis itu sendiri.
Dulu
waktu masih sekolah, SMA apalagi SMP atau SD, rasanya setiap menghadapi ujian
itu tenang. Karena konsekuensi yang akan kita dapat saat ujian adalah, antara
nilai baik atau buruk. Saat kita mendapat nilai baik ya berarti kita mendapatkan
kebanggaan dan rasa puas. Saat nilai kita buruk? Mungkin kita bakal kecewa,
ditertawai teman-teman, dimarahi orangtua, atau paling parah tidak naik kelas. Saat
kita ujian masuk perguruan tinggi? Konsekuensi terparah adalah kita tidak
lulus.
Tetapi
ada yang berbeda di sini. Saat kita disodorkan pertanyaannya. Mungkin sebagian
besar teman-teman tidak menyadari, tapi sebenernya kita disodorkan 200 nyawa
orang saat itu. Ya, semua pilihan yang kita jawab pada lembar jawaban akan
diminta pertanggung jawabannya saat kita menjadi dokter nanti. Pilihan yang
salah, bisa berarti nyawa yang hilang. Salah melingkari, bisa berarti kita
membunuh satu orang, bahkan lebih. Berlebihan? Coba kita bahas yang satu ini.
Anggaplah
kita mempunyai pertanyaan sebagai berikut:
Which
of the following antihypertension is contraindicated in pregnant woman?
a.
Hidrochlorthiazid
b. Nifedipine
c.
Hidralazin
d.
Captropil
e.
Methyldopa
Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah (D) yaitu captopril. Anggap kita memilih (E) yang
berarti menganggap (D) aman. Lalu kita berikan kepada seorang wanita hamil.
Captopril adalah obat antihipertensi yang masuk kategori pregnancy D yang
berarti HANYA boleh digunakan dalam LIFE-THREATENING
condition. Penggunaan obat ini dalam masa kehamilan dapat menyebabkan cacat
janin bahkan kematian.
Ini
hanya satu dari 200 soal MDE yang dihadapi. MDE juga tidak hanya datang sekali,
tapi berkali-kali. Setiap jawaban yang salah akan mengarahkan kita ke treatment atau kesimpulan yang salah
suatu saat nanti. Keputusan yang salah berarti kita menghancurkan seseorang
yang sudah menaruh kepercayaannya di tangan kita. Pantaskah kita sebagai calon
dokter untuk melakukan itu?
Banyak
yang
tidak sadar akan hal ini. Bahkan saya sendiri pun baru saja
menyadarinya.
Kami terlalu banyak hanya berpatokan untuk mendapat nilai sekedar lulus
saja. Kami terlalu sibuk mengurusi urusan kami sendiri dengan segala
kegiatan dan kesibukan yang menuntut seluruh pikiran juga tenaga.
Padahal seharusnya, ilmu lah yang jauh lebih penting dibandingkan nilai.
Ilmu lah yang akan membawa kita melaksanakan ibadah ini, melakukan
kebaikan ini untuk orang banyak.
Mudah-mudahan
ini dapat menjadi renungan kita semua bahwa kita belajar bukan hanya untuk diri
kita sendiri, bukan untuk harta, bukan hanya untuk keluarga atau orang-orang
terdekat kita.
We study for the sake
of humanity...
No comments:
Post a Comment